Wednesday 13 April 2011

Kata2 Seorang Syuhada'...

Aku hairan melihat orang yang sudah tahu bahawa dia akan mati, tetapi masih ketawa.

Aku hairan melihat orang yang sudah tahu bahawa dunia akan binasa, tetapi masih mencintainya.

Aku hairan melihat orang yang sudah tahu bahawa semua perkara terjadi menurut takdir, tetapi masih bersedih kerana kehilangan sesuatu.

Aku hairan melihat orang yang sudah tahu bahawa di akhirat ada perhitungan, tetapi masih sibuk mengumpulkan harta.

Aku hairan melihat orang yang sudah kenal dengan neraka, tetapi masih melakukan dosa.

Aku hairan melihat orang yang sudah mengenal Allah dengan yakin, tetapi masih mengingat selainNya.

Aku hairan melihat orang yang sudah mengenal syaitan sebagai musuhnya, tetapi masih mahu mematuhinya.

Usman Ibn Affan r.a.

....7 Gunung Untuk Didaki....


Menurut Imam Al-Ghazali, manusia akan menempuhi
tujuh gunung ini sebelum amalan-amalannya diterima Allah S.W.T. Iaitu:-
1) Gunung Taubat
Dosa kepada Allah:
-meninggalkan yang wajib
-mengerjakan yang haram
Dosa pada makhluk
-menganiaya diri mereka
-menganiaya harta meeka
-menganiaya ahli keluarga mereka
menganiaya agama mereka
2) Gunung Ilmu
Usuluddin – Ilmu untuk mengenal Allah dan Rasul
Feqah – Ilmu untuk mengetahui hukum-hukum Allah pada diri dan harta
Tasauf – Ilmu untuk mengetahui hukum-hukum Allah pada batinnya yakni di dalam hati
3) Gunung Penghalang Ibadah
Dunia – hendaklah zuhud
Manusia – hendaklah diasingkan
Syaitan – hendaklah diperangi
Nafsu – hendaklah dikekang dengan takwa kepada Allah
4) Gunung Perintang Ibadah
Rezeki – hendaklah tawakal yakni tetap di atas janji Allah
Khatir – ertinya gerak hati kepada yang di takuti atau kepada yang di
harap hendaklah berserah kepada Allah
Qada – hendaklah redha
Bala – hendaklah sabar
5) Gunung Peringkat Ibadah
Khauf – takut pada Allah dengan mengingatkan seksanya di dalam neraka
Raja- harap kepada Allah dengan mengingkan nikmatNya di dalam syurga
6) Gunung Pencatat Ibadah
Riak – hendaklah ikhlas semata-mata kerana Allah
Ujub – hendaklah ingan petunjuk Allah dan pertolongan Nya
7) Gunung Syukur
Hendaklah memalingkan segala nikmat yang dikurniakan itu kepada
mentaati Allah yang mengkurniakannya.

3 Jenis Hati.....

[1]. Hati yang sehat

Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Pada hari kiamat nanti, barangsiapa menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa membawa hati yang selamat maka ia tidak akan selamat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Adalah hari yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat." [Asy-Syu'ara : 88-89]

Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam . Ubudiyahnya murni kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Iradahnya, mahabbahnya, inabahnya, ikhbatnya, khasyyahnya, roja'nya, dan amalnya, semuanya lillah, karenaNya. Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .

Ini saja tidak dirasa cukup. Sehingga ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satu-satunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan atau pun perbuatan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kalian bersikap lancing (mendahului) Allah dan RasulNya, dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-Hujurat : 1]


[2]. Hati yang mati

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadaNya dengan menjalankan perintahNya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridlaiNya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala . Ia tidak peduli dengan keridlaan atau kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala . Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala . Jika ia mencinta, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridlaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi. Ia diseru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia mengikuti setiap setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta selain kepada kebatilan.[1]. Bergaul dengan orang yang hatinya mati ini adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.


[3]. Hati yang sakit

Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada 'kehidupan', dan kadang-kadang pula cenderung kepada 'penyakit'. Padanya ada kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala , yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, hasad [2], kibr [3], dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya. Ia ada diantara dua penyeru; penyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambutnya adalah seruan yang paling dekat, paling akrab.

Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu', tawadlu', lembut dan selalu berjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati, Hati yang ketiga adalah hati yang sakit, kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan. View shoutbox

Ketika Berdiam...



"dalam Islam mendiamkan diri juga merupakan suatu
nasihat daripada mengeluarkan kata-kata yang
boleh mengeruhkan lagi suasana dalam keluarga itu."

Mood Diam...
ini mood Anna sekarang...dalam memikirkan banyak hal..
dalam memikirkan apa yang mereka katakan...
dalam meneliti kehidupan Anna sendiri...

"Apa yang Allah tak suka perlu dilihat...
Apa yang manusia tak suka perlu dikaji..."
salah satu langkah awal yang bagi Anna harus kita pelajari adalah
bagaimana menjadi seorang yang berkemampuan
di dalam menjaga dan memelihara lisan dengan
baik dan benar.
Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah berkata benar atau diam.",
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari.

Diam dari perkataan dusta
Diam dari perkataan sia-sia
Diam dari komentar spontan dan kasar
Diam dari kata yang berlebihan
Diam dari keluh kesah
Diam dari niat riak dan ujub
Diam dari kata yang menyakiti
Diam dari berpura-pura tahu dan pintar....

ku harapkan...
Semoga juga Allah reda hingga keakhir hayat nanti,
saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk menghantar
pemergian roh kita dengan sebaik-baik perkataan iaitu
kalimat tauhid "laa ilaha illallah" puncak perkataan
yang menghantarkan ke syurga.

Berikanku petunjukMu..agar diri tak tersasar dari jalanMU..Allahu Rabb..~,~